Rabu, 05 Januari 2011

MENUNGGU BIS DIKEJAR ANJING

Malam itu di tempat penginapan yang lumayan jauh dari kampus dimana aku bersama-sama teman-teman mengikuti forum silaturahmi antar mahasiswa se-Indonesia terasa sungguh lelah, karena acara forum tersebut menguras fikiran dan tenaga kami sampai larut malam. Acara yang cukup bagus tapi kurang kondusif. Kami membicarakan permasalahan itu, tapi kami ingin segera pulang karena pada waktu itu ada pertandingan akbar yaitu antara Brazil versus Belanda. Sebelum ke kamar tidur, teman-temanku bersama teman-teman lain dari berbagai daerah yaitu Ada yang dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga dari Merauke Papua melihat pertandingan itu di ruangan tengah atau ruang tamu. Yang paling antusias adalah azis, “Bi, yang pasti menang adalah Brasil, karena tim Samba adalah tim yang solid dan memiliki pemain berbakat, kerja sama tim sangat ditonjolkan oleh tim ini” ujar Azis dengan analisisnya yang tajam meyakinkan hatiku.
Menurutku memang Brasil memiliki potensi yang besar untuk memenangkan pertandingan ini, tapi segala kemungkinan pasti akan terjadi. Keyakinan Azis ketika berbicara kepadaku di dalam bis kampus menuju perjalanan ke penginapan mementahkan analisisnya yang tajam ketika pertandingan sudah dimulai dan ironisnya sisa waktu pertandingan tinggal tiga menit lagi. Ketika Azis melihat skornya, ternyata Belanda unggul satu angka dari Brazil yaitu 2 : 1.
Selain itu Ridwan, Nidi dan Andi sama-sama memiliki pemikiran yang sama dengan Aku dan Azis. Malah kami amat fanatik dengan tim Samba tersebut. “kenapa sih Brazil bisa kalah? Apa karena mereka memakai kaos berwarna biru? Ridwan bertanya-tanya pada dirinya. “Ah kamu wan.., jangan berfikiran mistis seperti itu, Brazil kalah mungkin karena Belanda sudah punya strategi tertentu buat mengalahkan Brazil” ungkap Azis dengan analisisnya. “Aku setuju, aku yakin Belanda punya kelebihan daripada tim Samba itu sehingga mereka menemukan kelemahan Brazil, karena pasti setiap tim punya kelebihan dan kekurangan”. Ujarku menambahkan analisa Azis.
Kami berdiskusi hingga larut malam. Padahal esok hari kami harus bangun pagi karena bis kampus menjemput kami sekitar kurang lebih pukul delapan pagi. Padahal kami juga harus bergantian kamar mandi, karena harus mengantri dengan teman-teman satu penginapan dari berbagai pelosok daerah tersebut. Akhirnya kami terhanyut dalam lelapnya tidur malam itu, suasana yang indah bagi kami.
####
Pagi sudah tiba, setelah dilihat waktu sudah menunjukan pukul 5 : 30. Aku bangun duluan untuk melaksanakan shalat shubuh. Teman-temanku belum bangun. Setelah melaksanakan shalat shubuh Aku bergegas membangunkan mereka. “Ayo bangun teman-teman, sudah siang, nanti kita telambat” ucapku dengan nada pelan. Akhirnya mereka bangun juga. Aku bergegas ke kamar mandi, agar tidak mengantri lagi. Seperti sedang pembagian BLT yang dilakukan oleh pemerintah kepada rakyatnya dan juga seperti mengantri minyak tanah yang sudah langka dan mahal akibat adanya konversi gas. Sungguh memilukan bangsa ini.
Selesai mandi Aku segera memakai pakaian rapi agar terlihat berwibawa dan bijaksana. Tahukah anda bahwa kalau kita ingin diperhatikan orang maka kita harus memperhatikan diri kita. Tak tahu Aku dapat teori dari mana, tapi aku sudah mengujinya sendiri. Rambutku terlihat kurang rapi, maka rapihkan seperti rambut seorang artis masa lalu. Ku sisir ke samping dengan jari tanganku, karena tidak ada sisir. Tapi sudah terlihat rapih seperti gaya si ikal pada waktu mau bertemu A Ling dalam film Laskar Pelangi itu. Ikal memakai minyak rambut tanco, tapi aku tidak. Aku hanya memakai percikan air saja. Sangat natural sekali. Aku dan beberapa temanku di kamar lain sudah siap menunggu bis yang akan menjemput Kami. Tapi teman-teman sekamarku belum pada siap.
Menurut isu, Aku mendengar dari teman yang lain bahwa bis sudah ada di depan tempat penginapan itu. Lalu Aku berjalan ingin mengetahui apakah bis sudah tiba. Berjalan sendirian lewat pagar samping dekat tempat wudhu’, karena Musholanya bersatu dengan penginapan tersebut yaitu sebuah kamar khusus. Aku berjalan santai menuju parkiran penginapan itu. Tapi ternyata Aku tidak melihat Bis kampus tersebut. Aku tengok kanan dan kiri tapi tenyata nihil. Itu Cuma isu yang di gembar gemborkan oleh teman-teman. Seperti isu dalam berbagai media televisi, terkadang isu itu muncul lalu lenyap seketika. Mungkin Aku terlalu respon terhadap isu Bis itu. Mungkin pada waktu itu perutku sudah lapar sehingga pikiranku tertuju pada persiapan panitia di sana.
Aku hendak ingin menelepon temanku sambil duduk jongkok dekat pagar, tapi tak di angkat-angkat. Mungkin sedang sibuk. Setelah beberapa saat kemudian ada seekor Anjing lewat di depanku. Tak tau masuk dari mana anjing itu karena pagar penginapan itu masih terkunci rapat-rapat. Mungkin anjing itu meloncat atau terbang. Tapi…!!##@#??. Ah… aku berfikir positif terhadap Anjing itu karena ku yakin Anjing itu hanya ingin lewat di depanku saja. Tapi apa yang terjadi kemudian bahwa Anjing tersebut malah menatapku dengan tajam. Aku terdiam dan tersipu malu. Apakah mungkin Anjing naksir kepadaku, karena melihat pakaian dan rambutku yang rapi seperti ekskutif muda. Ah… pikiran yang terlampau jauh.
Aku pun menatapnya dengan tajam, Anjing itu pun terus berada di depanku. Aku bingung harus berbuat apa, karena baru kali ini Aku berhadapan dengan seekor Anjing. Yang lebih takutnya lagi Anjing itu malah mengaung-ngaung. Dan pada akhirnya apa yang ada di pikiran Anda ketika hal itu terjadi? Benar… pasti anda akan melangkah kaki seribu. Aku lari terbirit-birit dan Anjing itu pun malah mengejarku. Kencang sekali lariku, mungkin Aku bisa mengalahkan pelari pemenang Olimpiade Beijing dua tahun silam lalu. Karena lariku kencang sekali. Aku pun berlari sekuat tenaga menuju pintu keluar Mushola tadi. Anjing itu sangat dekat sekali jaraknya denganku. Untung ada temanku yang menutup langsung pintu karena mendengar teriakanku bersama Anjing tersebut. Timing yang pas menutup pintu tersebut, karena kalau tidak ditutup mungkin Anjing itu mengejarku sampai masuk ke dalam ruang penginapan. Teman-temanku malah menertawakanku bukannya menanyakan apa yang terjadi, tapi sibuk terbahak-bahak. Nafasku terasa sesak, oksigen berputar bergantian dengan karbon dioksida di dalam dadaku. Keringatku bercucuran dan Aku tidak memikirkan apapun selain Apa yang terjadi nanti kalau anjing itu berhasil menggigitku. “Alhamdulillah… Alhamdulillah…!! Ucapku.
Andi melihatku dengan heran. “Kenapa kau Bi?” Tanya beliau dengan penasaran. “A…aku habis di kejar Anjing Di,” jawabku dengan tergagap-gagap. “Ya sudah, mobil Bis sudah datang tuh, ayo ke sana” ajak Andi dengan nada pelan. Aku melihat tengok-tengok kiri-kanan melihat apakah Anjing itu sudah pergi jauh. Eh.. ternyata sudah tidak ada. Karena temanku yang menutup pagar tadi sudah mengusir Anjing tersebut dengan melemparnya dengan batu. Padahal waktu itu tidak terpikir olehku melempar Anjing itu dengan batu.
Setelah kejadian itu, Aku banyak mengambil hikmah bahwa pertama “jangan sekali-kali kita terlalu percaya diri. Nanti malah anjing pun bisa berbuat sesuatu pada kita. Kedua gunakan potensi akal dan jasmani kita untuk melakukan hal-hal yang baik, seperti apa yang kulakukan tadi, lari secepat mungkin ketika kondisi darurat tapi bukan dalam hal perang melawan musuh. Ketiga jangan percaya sama isu kalau belum melihat buktinya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar