Minggu, 18 Maret 2012

PEMUDA UNTUK INDONESIA MASA DEPAN (Refleksi Dalam Membangun Karakter Pemuda Indonesia)

Tidak terasa sudah 83 tahun dalam sejarah lahirnya Sumpah Pemuda Indonesia. Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928. Mereka (baca: Penghimpunan Pelajar Indonesia) memberi warna dalam perjuangan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Demi mempersatukan seluruh pemuda Indonesia di berbagai daerah seorang Pemuda yang bernama Mohamad Yamin merumuskan Sumpah Pemuda tersebut. Pada intinya adalah integrasi pemuda dalam satu bahasa, bangsa dan satu tanah air. Melihat perjuangan mereka pada masa lalu perlu kita jadikan sebagai cermin dan teladan dalam membangun bangsa pada saat ini.
INDONESIA saat ini belum menjadi bangsa yang merdeka, baik di bidang ekonomi, politik,hukum, sosial kultural, pendidikan, moral dan kesehatan. Dalam bidang ekonomi, Negara ini masih tergantung pada ekonomi global dan sepertinya tidak mandiri, utang luar negeri yang menumpuk, kurangnya kesadaran orang-orang kaya dalam membantu saudaranya sendiri. Seperti yang terlangsir di media massa bahwa 40 orang terkaya di Indonesia memiliki keuntungan pada tahun 2011 jika digabungkan sebesar 700 triliun rupiah (versi majalah Forbes), sungguh luar biasa besarnya, hampir ¾ dari APBN bangsanya sendiri.
Di bidang politik, Indonesia menjadi contoh Negara yang paling demokrasi di dunia. Akan tetapi pujian itu dijadikan instrument bagi para pelaku elit politik dalam mengejar kekuasaan. Yang terjadi bukan esensi demokrasi yang bernama “The Power Of Democrazy” tapi “The Power Of Party” yang berarti kekuatan partai, sehingga  yang menjadi peran bukan rakyat tapi para elit politik. Di Bidang Hukum, bisa kita amati setiap hari di media massa, pasti hukum seperti pisau terbalik, tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, kayaknya KPK harus bekerja keras dalam memburu para pelaku korupsi. Walaupun pada realitanya DPR pun geram karena anggotanya banyak yang terjerat dan tertangkap. Untuk membuat jera para pelaku koruptor itu kuncinya adalah dalam punishment/hukumannya. Jika melihat negeri China, pemimpinnya berani dihukum mati jika terbukti melakukan korupsi.
Di bidang sosial-kultural, masalah sosial-kultural ini begitu kompleks. Apakah bermuara dari kemiskinan? pembangunan yang tidak merata? atau dari kualiatas SDM yang minim? Yang jelas jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai ± 235 juta jiwa. Ini pun pemicu terjadi masalah sosial yang berkepanjangan. Dalam ragam budaya mungkin Indonesia lebih unggul dan unik. Akan tetapi, budaya Indonesia lambat laun kurang dikenal oleh generasi sekarang ini. Menurut William F. Ogburn perubahan budaya itu mencakup unsure-unsur budaya baik material maupun nonmaterial. Perubahan itu salah satunya adalah pengaruh Globalisasi. Globalisasi menjadi faktor eksternal yang masuk ke dalam budaya internal.
Di bidang Pendidikan, moral dan kesehatan memang belum maksimal dalam implementasinya di lapangan. Walaupun anggaran pendidikan sudah sesuai amanat UU yaitu sekitar 20% dari anggaran APBN, tapi pada faktanya masih banyak sekolah-sekolah yang roboh, apalagi kalau berbicara masalah fasilitas atau sarana dan prasarana. Sungguh ironis jika itu masih terjadi sampai saat ini. Dalam moralitas, masih banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pemimpin, artis, guru, bahkan seorang ustadz. Padahal mereka termasuk orang-orang yang suri tauladan. Maka dari itu, kita harus mempersiapkan diri, keluarga dan masyarakat sekitar dengan cara dakwah/mengajak mereka kembali ke jalan yang benar, “to the right path”. Dalam bidang kesehatan pun masih belum maksimal. Kasus busung lapar yang diderita para bayi di berbagai daerah terutama di daerah Indonesia bagian Timur, misalnya NTB, NTT, Papua dan sebagainya masih jauh dari kondisi kesehatan menurut WHO (World Health Organiszation).
Berbagai masalah di atas adalah sebuah kondisi riil atau fakta di lapangan yang sering kita temui bahkan kita alami. Oleh karena itu, inilah beban yang harus dipikul oleh generasi sekarang untuk memperbaiki kondisi yang belum maksimal. Karena walaubagaimanapun para pemuda akan memimpin bangsa di masa yang akan datang. Karena menurut Jamaludin Al-Afgani mengemukakan bahwa :
ا لسبا ب ا ليوم¸ا لر جا ل غدا
 Artinya : “Pemuda hari ini, adalah pemimpin hari esok,”.
Untuk mengatasi semua masalah itu, para pemuda/i harus membekali diri mereka dengan potensinya masing-masing, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial, budaya, yang terpenting adalah agama yang merupakan pondasi utama. Jika mampu bersaing dalam sains dan teknologi dengan pondasi agama yang kuat, maka generasi inilah yang bisa mumpuni dalam memimpin bangsa di masa depan “The Future leader”.
Tekad raksasa bangsa Indonesia yang dicetuskan oleh para pemuda pada waktu itu merupakan tekad yang luar biasa. Perlu diketahui bahwa “Suatu tekad murni serta universal yang dicetuskan oleh perasaan, kesungguhan dan cita-cita bersama yang mempunyai tujuan bersama untuk memperbaiki nasib bersama, walau bagaimanapun buruknya keadaan pada waktu itu; akhirnya akan mendapat kemenangan juga. Bila menurut pikiran kita akan berhasil maka kitapun betul-betul berhasil”.
Keberhasilan pemuda hari ini  dalam berkontribusi untuk pembangunan Indonesia di masa depan adalah dengan terus berfikir dan berjiwa besar serta mempersiapkan segala power untuk membenahi segala kekurangan yang dimiliki dan bekerja sama dalam mempersatukan visi dan misi bangsa untuk mewujudkan Indonesia di masa depan.

SELAMAT BERJUANG PEMUDA/I INDONESIA, KITA LAHIR DI NEGERI INI, BERMIMPI DAN MEWUJUDKAN MIMPI UNTUK NEGERI INI, APAPUN YANG BISA KITA LAKUKAN DAN KITA BERIKAN UNTUK BANGSA INI, ITULAH KONTRIBUSI KITA.


Referensi:
1.    D.J, Schwart, Dr. Berpikir dan Berjiwa Besar.(Jakarta: Gunung Jati, 1978)
2.    Simanjutkan, Posman, Berkenalan dengan Antropologi, (Jakarta : Erlangga, 2000)
3.    Subagyo, Firman. Menata Partai Politik (Jakarta, Wahana Semesta Intermedia, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar