Rabu, 05 Januari 2011

SUMPAH PEMUDA BUKAN SUMPAH BIASA (REFLEKSI SUMPAH PEMUDA INDONESIA)

Melihat judul di atas Anda pasti mengerti dan memahami mau ke mana arah tulisan ini. Yah.. betul, saya akan mengingatkan kembali sebuah tinta sejarah yang terjadi pada masa lalu yang sekarang seharusnya tidak sulit untuk dikenang dan tidak mudah untuk dilupakan. Sebuah ironis jika kita sebagai pemuda lupa akan tanggal dan tahun terjadinya sebuah sumpah serapah itu terjadi. Hati saya meradang di bangku pesakitan jika itu terjadi, bagaikan sebuah penyakit kronis yang akut dan sebagai tanda bahwa nasionalisme kita sebagai pemuda sudah terabrasi, terkikis dan terdegradasi oleh sebuah doktrin, imperialisme, invasi sebuah pemikiran barat (baca:westernisasi) yang sudah menjadi efek dari era globalisasi “Globalitation Era”.
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
A. Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.
B. Peserta
Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.






Para peserta kongres Pemuda II

C. Pengikrar Sumpah Pemuda
Sugondo Djojopuspito, Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, Moehammad Yamin, Sunario,
D. Lokasi Kongres Pemuda
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong
Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
E. Realitas dan Implementasi Sumpah Pemuda Indonesia
Bisa kita amati pemuda/i yang ada di sekitar kita. Kita bisa melihat masa depan nanti dengan kita melihat kondisi riil pemuda/i saat ini. Padahal kita pasti tahu bahwa pemuda adalah generasi masa depan atau bisa dibilang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini. Seperti apa yang digaungkan oleh deklarator kemerdekaan RI yaitu Soekarno yang mengatakan dirinya hanya butuh 10 pemuda untuk mengguncangkan dunia
Catatan sejarah lain menunjukan bahwa pemuda pembawa sebuah gerak revolusi untuk sebuah perubahan. Agent of Change itu pun terjadi dalam sebuah gerakan reformasi 1998 yaitu dengan turunnya rezim orde baru menuju reformasi. Apakah itu belum terbukti bahwa pemuda yang salah satu di dalamnya adalah mahasiswa membuat perubahan dalam titik tidak hanya tahap teoritis akan tetapi implentasi teori untuk sebuah pengabdian dan pertanggung jawaban sebagai ilmuan dan manusia.
Tapi, fakta dewasa ini sungguh mencengangkan bila kita mengetahui bahwa mahasiswa lebih proaktif dalam tataran kritisisme dalam menghadapi masalah dilingkungannya. Bahkan ada juga yang idealismenya bisa dibeli dengan sebuah pragmatisme yang temporal/fana. Penulis meyakini jika pemuda/mahasiswa menjalankan sebuah substansi sumpah pemuda itu sendiri dengan arif bijaksana, sungguh-sungguh, maka kita akan melihat sebuah perjuangan dahulu bisa terulang kembali pada saat ini.
Allah SWT akan meridhoi para pemuda yang memiliki sebuah komitmen dan kesungguhan qalbu dalam meniti sebuah peradaban bangsa dan negara Indonesia ini. Tidak berubah sebuah kondisi jika kita para pemuda mau mengubahnya dengan cara dan proses yang baik. Energi dan potensi pemuda sangat diperlukan oleh bangsa ini.

Energi potensial perlu diasah agar bisa keluat secara maksimal. Penulis pun ingin berjuang agar bisa bermanfaat bagi orang lain. Akhir kata “PEMUDA TIDAK HANYA BISA BERTERIAK, AKAN TETAPI HARUS BISA BERKARYA. MARI KITA BERSAMA-SAMA MEMBANGUN BANGSA DENGAN KARYA YANG BISA KITA LAKUKAN SEKECIL APAPUN”

Mengingat kembali isi sumpah pemuda:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Referensi
1.Secarik Kertas untuk Indonesia, Majalah Tempo, 27 Oktober 2008
2.Gedung Sumpah Pemuda dan Sie Kok Liong, Suara Pembaruan
3.Museum Sumpah Pemuda Bekas Kos, Pemersatu Bangsa
4.WWW. Wikipedia/sumpah pemuda.Com

By M. ROBI.BRATAWIJAYA

Ditulis untuk memperingati sumpah pemuda yang jatuh pada tanggal 28 oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar